1. Membedakan antara Fakta dan opini
Laporan merupakan segala sesuatu yang dilaporkan yang berwujud berita
atau informasi. Hal yang dilaporkan biasa berupa kegiatan atau
pengamatan. Laporan biasa berbentuk laporan lisan ataupun laporan
tertulis.
Laporan harus disusun secara sistematis, singkat, jelas, dan menggunakan bahasa yang komunikaif.
Pada pelajaran ini kamu akan berlatih membedakan informasi berupa fakta dengan opini atau pendapat.
Fakta adalah sesuatu yang benar-benar ada dan benar-benar terjadi,
sedangkan opini atau pendapat adalah buah pemikiran (perkiraan)
seseorang tentang sesuatu.
2. Menemukan Ide Pokok Artikel Melalui Membaca Intensif
Membaca merupakan kegiatan yang memberikan banyak manfaat. Dengan
membaca kamu akan memperleh pengetahuan dan memperluas wawasan. Membaca
dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja selama kita berminat untuk
membaca. Apa yang telah kamu baca hari ini artikel di surat kabar, buku,
atau novel? Dapatkah kamu ceritakan informasi atau isi teks yang telah
kamu baca? Pada intinya, membaca dilakukan untuk memperleh informasi
penting. Informasi penting tersebut disebut ide pokok. Untuk itu, setiap
kali membaca, temukan ide pokok yang terdapat dalam teks yang dibaca
.
3. Menyampaikan Gagasan dan Tanggapan dalam Diskusi
Kemahiran berbicara dapat mengangkat citra seseorang dalam kehidupannya,
baik secara persnal maupun secara ssial. Banyak orang terkenal karena
kemahirannya dalam menyampaikan gagasan dan tanggapan dalam berbagai
kesempatan. Pada pembelajaran ini, kamu akan berlatih menyampaikan
gagasan dan tanggapan dengan alasan yang logis.
Sebagai latihan permulaan, untuk menumbuhkan keberanian berbicara dapat
dilakukan dengan cara berkmunikasi dengan teman sebangku. Kamu dapat
menyampaikan beberapa hal yang sedang dilakukan, kemudian tanyakan
hal-hal yang belum dipahami, dan berikan tanggapan atas pendapat yang
dikemukakan temanmu.
Sesuai dengan asal katanya discuti atau discusium (bahasa Latin) yang
berari ’bertukar pikiran’, diskusi merupakan ajang bertukar pikiran
secara teratur dan terarah dengan tujuan untuk mendapatkan suatu
pengertian, kesepakatan, dan keputusan beRosama mengenai suatu masalah.
Arsjad dan Mukti (1991: 37) berpendapat bahwa ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi dalam diskusi yakni:
1. ada masalah yang dibicarakan;
2. ada seseorang yang bertindak sebagai pemimpin diskusi;
3. ada peserta sebagai anggta diskusi;
4. setiap anggta mengemukakan gagasannya dengan teratur;
5. jika ada kesimpulan dan keputusan yang diambil harus disetujui beRosama.
Pada saat menyampaikan suatu gagasan, hendaknya disampaikan secara jelas
agar ruang lingkup pembahasannya terarah. Peserta diskusi dapat
mengajukan pertanyaan dan tanggapan tentang hal yang dikemukakan.
Tanggapan yang disampaikan dapat berupa persetujuan atau penlakan
terhadap pendapat yang disampaikan. Agar tanggapanmu dapat diterima dan
dipahami, sebaiknya berikan argumen logis yang dapat mendukung atau
menentang pendapat pembicara.
Lakukan dengan saksama kegiatan diskusi, sehingga akan melatihmu
menyampaikan pendapat, mengajukan pertanyaan, dan menyampaikan tanggapan
atau sanggahan dengan baik. Penyampaian pendapat, pertanyaan,
tanggapan, sanggahan, persetujuan, atau penlakan harus disesuaikan
dengan pokok masalah yang dibahas sehingga tidak akan terjadi
penyimpangan makna dan keluar dari permasalahan.
Perhatikan ilustrasi berikut! Suatu diskusi membahas pentingnya
Pendidikan Seks pada Usia Dini, akan muncul beberapa pertanyaan sebagai
berikut.
Kalimat pertanyaan : bagaimanakah cara menyampaikan pendidikan seks pada anak usia dini?”
Kalimat persetujuan : Saya setuju pendidikan seks diberikan sejak anak
usia dini karena usia tersebut merupakan fndasi yang harus kuat untuk
meniti masa depan.
Kalimat penlakan : Saya tidak setuju bahwa pendidikan seks diberikan
pada anak usia dini karena daya nalar mereka belum bekerja secara
ptimal,lebih baik dimulai pada anak-anak usia sekolah dasar .
Kalimat tanggapan : Menanggapi pendapat yang sudah disampai-kan
teman-teman terdahulu, pendidikan seks memang sangat penting, tetapi
kita harus mempertimbangkan siapa, apa, dan bagaimana cara
menyampaikannya. Sebenarnya kita dapat saja mulai pada anak usia dini,
tetapi cara menyampaikan dan topik yang disampaikannya harus sesuai dan
dekat dengan kehidupan anak.
4. Menulis Laporan Diskusi dengan Melampirkan Ntula dan Daftar Hadir
Pada kegiatan pembelajaran yang lalu, kamu sering melakukan kegiatan
diskusi untuk membahas berbagai hal. Dalam kegiatan diskusi tersebut ada
teman yang berperan sebagai pembicara, mderatr, dan ada notulis.
Pembicara adalah orang yang menyampaikan dan membahas topik
permasalahan yang didiskusikan. Mderatr adalah orang mengatur jalannya
diskusi. Notulis adalah orang yang bertugas untuk membuat ntula (catatan
rapat/hasil diskusi).
Menulis laporan hasil diskusi adalah salah satu tugas seorang notulis.
Laporan yang disampaikan harus dapat menyajikan fakta secara oobjektif
tentang keadaan atau kegiatan yang telah dilaksanakan. Fakta oobjektif
yang disajikan menjadi tanggung jawab notulis yang membuat laporan
diskusi tersebut. Menyusun laporan hasil diskusi adalah tugas notulis.
Untuk itu, notulis harus mengikuti jalannya diskusi dengan cermat agar
dapat mencatat segala hal yang berkaitan dengan kegiatan dan jalannya
diskusi.
Hal-hal yang perlu dicatat notulis antara lain: gagasan pokok yang
disampaikan pembicara, pertanyaan, sanggahan, kmentar, atau saran dari
peserta diskusi. Selain itu, notulis juga bertugas meresume pembicaraan,
mencatat suasana jalannya diskusi, serta mengedarkan dan merekap daftar
hadir diskusi. format berikut!
Laporan Hasil Diskusi
1. Topik diskusi : ....................................................
2. Pelaksana kegiatan : ....................................................
3. Hari, tanggal, waktu : ....................................................
4. Penyaji makalah : ....................................................
5. Peserta : ....orang (daftar hadir terlampir)
6. Judul makalah : ....................................................
7. Mderatr : ....................................................
8. Notulis : ....................................................
9. Jalan diskusi : ....................................................
Seminar dibukaoleh mderatr, pukul : ........................
Penyampaian materioleh penyaji : ........................
Tanggapan peserta : ........................
N. Nama Tanggapan/ Pertanyaan/ Tanggapan Balik
1. ............ ..................................................................
2. ............ ..................................................................
3. ............ ..................................................................
Diskusi ditutupoleh mderatr pukul : ........................
a. Dengan kesimpulan diskusi:
1) ...................................................................................
2) ...................................................................................
3) ...................................................................................
b. Saran-saran:
1) ...................................................................................
2) ...................................................................................
3) ...................................................................................
Laporan hasil diskusi akan lebih lengkap jika diberi lampiran. Lampiran berupa makalah, ntula, dan daftar hadir peserta.
5. Memberikan Kritik dan Saran Terhadap Laporan Lisan
Keterampilan menyimak hendaknya dikuasai setiap orang yang ingin
meningkatkan kualitas hidup dan intelektualitasnya. Menyimak bukan
sekadar mendengar, tetapi mendengarkan dengan saksama dan penuh
perhatian.oleh karena itu, penyimak yang baik harus dapat menyerap dan
memahami topik-topik yang disimak.
Pada pelajaran ini, kamu dilatih untuk menyimak secara kritis sehingga
mampu memberikan kritik dan saran atas kesalahan dan kekurangan yang
terdapat dalam laporan yang akan dipeordengarkan.
Untuk dapat menyimak laporan dengan baik, berknsentrasilah dengan
saksama dan catatlah pokok-pokok informasi yang disampaikan! Banyak
orang yang merasa takut dikritik karena banyak yang beoranggapan bahwa
kritikan sama dengan hinaan atau hujatan. Perlu disadari bahwa kritik
merupakan uraian atau pertimbangan baik buruk terhadap sesuatu.
Manusia kebanyakan takut ketahuan kekurangan atau kesalahannya, banyak
yang menghindar bahkan marah kalau dikritik dan diberi saran. Hal itu
sangat keliru karena kritik sebenarnya untuk memperbaiki kesalahan dan
menyempurnakan kekurangan.oleh karena itu, kita harus terbuka dan
lapang dada terhadap kritik kalau ingin lebih baik.
Menyampaikan kritik dan saran harus dilakukan secara bijaksana. Kritik
dan saran yang disampaikan harus didukung bukti nyata secara oobjektif.
Saran merupakan pendapat berupa anjuran, usulan, harapan, dan
cita-cita yang dikemukakan untuk dipertimbangkan. Agar penilaian itu
oobjektif, perlu disertai dengan bukti dan alasan yang kuat. Rujuklah
sumber-sumber referensi yang relevan agar alasan dan bukti yang kamu
kemukakan akurat!
6. Mengajukan Saran Perbaikan Secara Lisan
Dalam kehidupan sehari-hari, arus informasi dan kmunikasi terus
berkembang, baik melalui media cetak maupun media elektrnik. Sebagai
siswa, kamu pasti membutuhkan berbagai informasi untuk menambah
pengetahuan, wawasan, dan kemampuan. Untuk itu, kamu dapat melakukannya
dengan cara membaca dan menyimak informasi yang disampaikan secara
langsung di sekolah dan di luar sekolah, melalui media cetak, dan media
elektrnik.
7. Menanggapi Pembacaan Novel dan Unsur-unsur Intrinsik Novel
Tentu merupakan pengalaman yang menyenangkan kalau kita membaca novel.
Kita dapat menceritakan kembali jalan ceritanya, tokoh-tokohnya, konflik
yang terjadi antartokohnya. Novel merupakan karya sastra yang berbentuk
prosa yang berisi tentang sekelumit kehidupan manusia.
Novel merupakan karya prosa fiksi yang panjang, mengandung rangkaian
cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku ( Depdikbud, 1997 : 694).
Unsur-unsur novel atau cerpen
1. Penokohan
Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan
dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya berwujud
manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan
(Panuti Sudjiman, 1988:16).
Tokoh merupakan bagian atau unsur dari suatu kebutuhan artistik yaitu
karya sastra yang harus selalu menunjang kebutuhan artistik itu, Kennye
dalam Panuti Sudjiman (1966:25).
Penokohan dalam cerita rekaan dapat diklasifikasikan melalui jenis
tokoh, kualitas tokoh, bentuk watak dan cara penampilannya. Menurut
jenisnya ada tokoh utama dan tokoh bawahan. Yang dimaksud dengan tokoh
utama ialah tokoh yang aktif pada setiap peristiwa, sedangkan tokoh
utama dalam peristiwa tertentu (Stanton, 1965:17).
Ditinjau dari kualitas tokoh, ada tokoh yang berbentuk datar dan tokoh
yang berbentuk bulat. Adapun tokoh yang berbentuk datar ialah tokoh yang
tidak memiliki variasi perkembangan jiwa, karena sudah mempunyai
dimensi yang tetap, sedangkan tokoh yang berbentuk bulat ialah tokoh
yang memiliki variasi perkembangan jiwa yang dinamis sesuai dengan
lingkungan peristiwa yang terjadi. Biasanya tokoh yang berbentuk datar
itu pada dasarnya sama dengan tokoh tipologis, dan tokoh yang berbentuk
built disebut tokoh psikologis. Dengan demikian tokoh tipologis juga
berarti tokoh yang tidak banyak mempersoalkan perkembangan jiwa atau
tidak mengalami konflik psikis, karena sudah mempunyai personalitas yang
mapan. Sedangkan tokoh psikologis adalah tokoh yang tidak memiliki
persoanlitas yang mapan dan selalu dinamis (Kuntowijaya dalam Pradopo
dkk, 11984:91).
Jika dilihat dari cara menampilkan tokohnya ada yang ditampilkan dengan
cara analitik dan dramatik. Penampilan secara anlitik adalah pengarang
langsung memaparkan karakter tokoh, misalnya disebutkan keras hati,
keras kepala, penyayang dan sebagainya. Sedangkan penampilan yang
dramatik, karakter tokohnya tidak digambarkan secara langsung, melainkan
disampaikan melalui; (1) pilihan nama tokoh, (2) penggambaran fisik
atau postur tubuh, dan (3) melalui dialog (Atar Semi, 1984:31-32).
Sering dapat diketahui bahwa cara pengarang menggambarkan atau
memunculkan tokohnya dengan berbagi cara. Mungkin cara pengarang
menampilkan tokoh sebagai pelaku yang hanya di alam mimpi, pelaku
memiliki semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya, pelaku
memiliki cara yang sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya,
maupun pelaku egois, kacau dan mementingkan diri sendiri (Bouton dalam
Aminuddin, 1984).
Penyajian watak tokoh yang dihadirkan pengarang tentunya melahirkan
karakter yang berbeda-beda pula, antara tokoh yang satu dengan tokoh
yang lain. Cara mengungkapkan sebuah karakter dapat dilakukan melalui
pernyataan langsung, melalui peristiwa, melalui percakapan, melalui
menolong batin, melalui tanggapan atas pernyataan atau perbuatan dari
tokoh-tokoh lain dan melalui kiasan atau sindiran. Suatu karakter
mestinya harus ditampilkan dalam suatu pertalian yang kuat, sehingga
dapat membentuk kesatuan kesan dan pengertian tentang personalitas
individualnya. Artinya, tindak-tindak tokoh tersebut didasarkan suatu
motivasi atau alasan-alasan yang dapat diterima atau setidak-tidaknya
dapat dipahami mengapa dia berbuat dan bertindak demikian (Atar Semi,
1988:37-38).
2. Alur
Pengertian alur dalam cerita pendek atau dalam karya fiksi pada umumnya
adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa,
sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam
suatu cerita (Aminuddin, 1987:83).
Alur atau plot adalah rentetan peristiwa yang membentuk struktur cerita,
dimana peristiwa tersebut sambung sinambung berdasarkan hukum
sebab-akibat (Forster, 1971:93).
Alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun
sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan
bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi (Atar Semi, 1988:43-46). Alur
merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur mengatur bagaimana
tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu
peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh
digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu yang semuanya terikat dalam
suatu kesatuan waktu.
Urutan peristiwa dalam karya sastra belum tentu merupakan peristiwa yang
telah dihayati sepenuhnya oleh pengarang, akan tetapi mungkin hanya
berasal dari daya imajinasi. Begitu pula urutan peristiwa itu jumlahnya
belum tentu sama dengan pengalaman yang dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu, urutan peristiwa yang demikian tidak lain
hanyalah dimaksudkan untuk mendekatkan pada masalah yang dikerjakan
terhadap tujuan dalam karya sastra.
Sehubungan dengan penjelasan tersebut di atas menurut tasrif ada lima
hal yang perlu diperhatikan pengarang dalam membangun cerita, yaitu :
(1) situation, yakni pengarang mulai melukiskan suatu keadaan, (2)
generating circumstances, yaitu peristiwa yang bersangkutan-paut, (3)
ricing action, keadaan mulai memuncak, (4) climax, yaitu peristiwa
mencapai puncak, dan (5) document, yaitu pengarang telah memberikan
pemecahan persoalan dari semua peristiwa.
Dari kelima bagian tersebut jika diterapkan oleh pengarang secara
berurutan no 1-5, maka disebut sebagai alur lurus (progresif), sedangkan
apabila penerapan itu dimulai dari tengah atau belakang disebut sebagai
alur balik (regresif).
Di samping kedua bentuk alur tersebut, ada pula alur yang disebut alur
gabungan. Dalam alur ini dipergunakan sebagian alur lurus dan sebagian
lagi alur sorot balik. Meskipun demikian gabungan dua alur itu juga
dijalin dalam kesatuan yang padu, sehingga tidak menimbulkan kesan
adanya dua buah cerita atau peristiwa yang terpisah, baik waktu atau pun
tempat kejadiannya (Suharianto, 1982:29).
Ditinjau dari padu tidaknya alur dalam sebuah cerita, maka alur dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yakni alur rapat dan alur renggang. Dalam
alur rapat hanya tersaji adanya pengembangan cerita pada satu tokoh
saja, sehingga tidak timbul pencabangan cerita, akan tetapi apabila ada
pengembangan tokoh lain selain tokoh utama, maka terjadilah alur
renggang atau terjadi pencabangan cerita.
Dari beberapa batasan di atas jelas masing-masing alur mempunyai
keistimewaan sendiri. Alur lurus dapat memberikan kemudahan bagi pembaca
untuk menikmati cerita dari awal sampai akhir cerita. Akan tetapi lain
halnya dengan alur sorot balik (flash back). Alur ini dapat mengejutkan
pembaca, sehingga pembaca dibayangi pertanyaan apa yang terjadi
selanjutnya dan bermaksud apa pengarang menyajikan kejutan seperti itu.
Dengan demikian pembaca merasa terbius untuk membacanya sampai tuntas.
Dikatakan alur yang berhasil, jika alur yang mampu menggiring pembaca
menyelusuri cerita secara keseluruhan, tidak ada bagian yang tidak
ditinggalkan yang dianggap tidak penting.
3. Latar
Menurut pendapat Aminuddin (1987:67), yang dimaksud dengan setting/latar
adalah latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu
maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis.
Lebih lanjut Leo Hamalian dan Frederick R. Karel menjelaskan bahwa
setting dalam karya fiksi bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa,
suasana serta benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga
dapat berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran,
prasangka maupun gaya hidup suatu masyarakat dalam menanggapi suatu
problema tertentu. Setting dalam bentuk terakhir ini dapat dimasukkan ke
dalam setting yang bersifat psikologis (Aminuddin, 1987:68).
Secara rinci Tarigan (1986:136) menjelaskan beberapa maksud dan tujuan pelukisan latar sebagai berikut :
1) Latar yang dapat dengan mudah dikenal kembali dan dilukiskan dengan
terang dan jelas serta mudah diingat, biasanya cenderung untuk
memperbesar keyakinan terhadap tokoh dan gerak serta tindakannya.
2) Latar suatu cerita dapat mempunyai relasi yang lebih langsung dengan arti keseluruhan dan arti umum dari suatu cerita.
3) Latar mempunyai maksud-maksud tertentu yang mengarah pada penciptaan atmosfir yang bermanfaat dan berguna.
Selain menjelaskan fungsi latar sebagai penggambaran tempat (ruang) dan
waktu, latar juga sangat erat hubungannya dengan tokoh-tokoh cerita,
karena tentangnya dapat mengekspresikan watak pelaku (Wellek, 1962:221).
Penggambaran latar yang tepat akan mampu memberikan suasana tertentu
dan membuat cerita lebih hidup. Dengan adanya penggambaran latar
tersebut segala peristiwa, keadaan dan suasana yang dilakukan oleh para
tokoh dapat dirasakan oleh pembaca.
4. Sudut Pandang
Cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya
disebut sudut pandang, atau biasa diistilahkan dengan point of view
(Aminuddin, 1987:90). Pendapat tersebut dipertegas oleh Atar Semi
(1988:51) yang menyebutkan istilah sudut pandang, atau point of view
dengan istilah pusat pengisahan, yakni posisi dan penobatan diri
pengarang dalam ceritanya, atau darimana pengarang melihat
peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita itu.
Sudut pandang membedakan kepada pembaca, siapa menceritakan cerita, dan
menentukan struktur gramatikal naratif. Siapa yang menceritakan cerita
adalah sangat penting, dalam menentukan apa dalam cerita, pencerita yang
berbeda akan melihat benda-benda secara berbeda pula (Montaqua dan
Henshaw, 1966:9).
Lebih lanjut Atar Semi (1988:57-58) menegaskan bahwa titik kisah
merupakan posisi dan penempatan pengarang dalam ceritanya. Ia membedakan
titik kisah menjadi empat jenis yang meliputi : (1) pengarang sebagai
tokoh, (2) pengarang sebagai tokoh sampingan, (3) pengarang sebagai
orang ketiga, (4) pengarang sebagai pemain dan narrator.
5. Gaya
Gaya adalah cara pengarang menampilkannya dengan menggunakan media
bahasa yang indah, harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana
yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca (Aminuddin,
1987:72). Hal demikian tercermin dalam cara pengarang menyusun dan
memilih kata-kata, tema dan dalam memandang tema atau persoalan,
tercermin dalam pribadi pengarangnya. Oleh Karena itu unsur cerita
sebagaimana tersebut di muka baru dapat sempurna apabila disampaikan
dengan gaya tertentu pula, karena gaya dalam karya sastra adalah bahasa
yang dipergunakan oleh pengarang (Suhariyanto, 1982:37).
Sehubungan dengan pembahasan ini pemberian gaya akan ditinjau melalui
dua sudut, yaitu gaya bahasa dan gaya bercerita, karena pengertian gaya
umumnya dapat dirumuskan sebagai cara pengarang menggambarkan cerita
agar cerita lebih menarik dan berkesan. Hal tersebut erat kaitannya
dengan kemampuan pengarang dalam penulisan cerita dengan penggunaan
bahasa, karena cerita pada dasarnya bermediakan bahasa.
5.1 Gaya Bahasa
Dalam persoalan gaya bahasa meliputi semua herarhi kebahasaan yaitu
pilihan kata secara individual, frase, klausa, kalimat dan mencakup pula
sebuah wacana secara keseluruhan (Keraf, 1984:112).
Pengembangan bahasa melalui sastra dikatakan bersifat pribadi karena
sastra itu sendiri merupakan kegiatan yang pribadi dan perorangan, ia
merupakan pengungkapan apa-apa yang menjadi pilihan pribadinya, hasil
seorang sastrawan melihat lingkungannya dan memandang ke dalam dirinya.
Atar Semi (1988:49) menyatakan bahwa gaya bahasa yang digunakan oleh
sastrawan, meskipun tidaklah terlalu luar biasa, adalah unik, karena
selain dekat dengan watak jiwa penyair; juga membuat bahasa yang
digunakannya berbeda dengan makna dan kemesraannya. Dengan gaya tertentu
seorang pengarang dapat mengekalkan pengalaman rohaninya dan
penglihatan batinnya, serta dengan itu pula ia menyentuh dan menggelitik
hati pembacanya. Karena gaya bahasa itu berasal dari batin seorang
pengarang, maka gaya bahasa yang digunakan oleh seorang pengarang dalam
karyanya secara tidak langsung menggambarkan sikap dan karakteristik
pengarang tersebut.
Sedangkan Muchin Ahmadi, dkk (1984:7) mendifinisikan gaya bahasa sebagai
kenyataan penggunaan bahasa (phenomena) yang istimewa dan tidak dapat
dipisahkan dari cara-cara atau teknik seorang pengarang dalam
merefleksikan pengalaman, bidikan, nilai-nilai kualitas, kesadaran
pikiran dan pandangannya yang istimewa. Secara tentatif tetapi praktis
gaya bahasa dapat dibatasi pengertian dasarnya sebagai suatu pengaturan
kata-kata dan kalimat-kalimat yang paling mengekspresikan tema, ide,
gagasan dan perasaan serta pengalaman pengarang. Secara garis besar gaya
bahasa dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : (1) gaya bahasa
perasosiasian pikiran, dan (2) gaya bahasa penegasan, penekanan dan
penguatan.
5.2 Gaya Berbicara
Pada dasarnya gaya bercerita juga berperan penting bagi pengarang untuk
menulis cerita, di samping gaya bahasa yang dipergunakannya, karena
pengertian gaya cerita atau gaya bahasa pada umumnya dapat dijelaskan
sebagai salah satu metode pengarang dalam melukiskan cerita, sehingga
cerita dapat menarik bagi pembaca.
Dalam penulisan cerita, biasanya setiap pengarang mempunyai gaya yang
lain daripada yang lain. Pengarang biasa memperhatikan latar tepat atau
waktu sebagai pembuka atau penutup cerita, akan tetapi ada pula yang
menekankan pada tokoh atau penokohannya. Oleh karena cerita bermediakan
bahasa, maka gaya bercerita erat kaitannya dengan bentuk cerita yang
ditumpukan dalam bentuk frase, kata, kalimat bahkan paragraf, sehingga
semuanya membentuk struktur wacana cerita (Ihsan, 1990:63).
6. Tema
Menurut Scharbach dalam Aminuddin (1987:91), tema adalah ide yang
mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak
pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Lebih lanjtu
Brooks berpendapat seperti yang dikutip Aminudddin (1987:72), bahwa
dalam mengapresiasi suatu cerita, apresiator harus memahami ilmu
humanitas, karena tema sebenarnya merupakan pendalaman dan hasil
kontemplasi pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusian serta
masalah lain yang bersifat universal.
Tema sebagaimana pendapat Sudjiman (1988:51) merupakan sebuah gagasan
yang mendasari karya sastra. Tema kadang-kadang di dukung oleh pelukisan
latar, dalam karya yang lain tersirat dalam lakukan tokoh, atau dalam
penokohan. Tema bahkan menjadi faktor yang mengikat peristiwa-peristiwa
dalam satu alur.
Tema sebagaimana pendapat-pendapat di atas merupakan pemikiran pusat
yang inklusif di dalam sebuah cerita (karya sastra). Kedudukannya
menyebar pada keseluruhan unsur-unsur signifikan karya sastra. Tema
tersebut ada yang dinyatakan dengan jelas, ada pula yang dinyatakan
secara simbolik atau tersembunyi (Scharbach, 1963:273). Aminuddin
(1987:92) merinci upaya pemahaman tema sebagai berikut:
1) Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca
2) Memahami penokohan atau perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang dibaca.
3) Memahami satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca.
4) Memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca.
5) Menghubungkan pokok pikiran-pokok pikiran yang satu dengan yang
lainnya yang disimpulkan dari satu-satuan peristiwa yang terpapar dalam
suatu cerita.
6) Menentukan sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkan.
7) Mengidentifikasikan tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan
bertolak dari satuan pokok pikiran serta sikap penyair terhadap pokok
pikiran yang ditampilkannya.
8) Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam
satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang
dipaparkan.
Selain upaya pemahaman tema seperti di atas, untuk memahami tema,
seorang pembaca atau paresiator perlu juga memahami latar belakang
kehidupan yang diungkapkan pengarang lewat prosa fiksi yang merupakan
usaha pengarang dalam memahami keseluruhan masalah kehidupan yang
berhubungan dengan keberadaan seorang individu maupun dalam hubungan
antara individu dengan kelompok masyarakatnya.
8. Menulis Resensi Buku Kumpulan Cerpen
Resensi merupakan pertimbangan tentang sebuah buku yang biasanya baru
terbit. Resensi sering dipublikasikan di kran, majalah, maupun internet.
Pernahkah kamu membaca resensi? Apakah bedanya dengan karangan lainnya?
Resensi berbeda dengan karangan biasa. Peresensi pun orang-orang yang
ahli dan yang biasa membaca. Begitu juga dengan karya yang akan
diresensi. Karya tersebut harus karya terpilih yang bernilai tinggi,
bukan karya sembaorangan. Mengapa demikian? Karena, resensi adalah
sebuah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan terhadap kelebihan dan
kekurangan sebuah karya, baik fiksi maupun Nonfiksi.
Resensi ditulis secara singkat, padat, dan oobjektif. Beragam buku bisa
dijadikan bahan resensi. Biasanya dikategrikan atas karya fiksi dan
Nonfiksi. Karya-karya fiksi terdiri atas buku novel, kumpulan cerpen,
kumpulan puisi, roman, dan drama. Buku kumpulan cerpen dan puisi dapat
ditulisoleh seorang pengarang namun dapat pula ditulisoleh beberapa
pengarang. Untuk melatih kemampuan membuat resensi cerpen, ikutilah
langkah-langkah berikut!
1. Bacalah halaman awal buku!
a. Apakah judulnya?
b. Pahami isi pengantarnya! (Kata pengantar biasanya memberikan
informasi penting tentang tujuan pengarang menulis buku tersebut).
c. Baca daftar isi buku! (Daftar isi dapat memberitahu gambaran tentang
rganisasi buku tersebut dan akan membantu dalam menentukan gagasan utama
pengarang dan alur pengembangannya secara krnlogis berdasarkan topik
yang disampaikannya).
2. Bacalah isinya!
a Pahamilah unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut, buat catatan tentang
temanya, plot dan konfliknya, penokohan, latar, dan keterkaitannya
dengan judul cerpennya!
b Cari informasi tentang prestasi yang diraih cerpen tersebut!
9. Menulis Resensi Buku Pengetahuan
Resensi buku adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai-nilai
sebuah buku. Di dalam resensi diperlukan kritik. Tujuannya untuk
menyampaikan kepada para pembaca mengenai sebuah buku layak mendapat
sambutan atau tidak. Buku-buku yang diresensi biasanya buku-buku
terbitan baru. Namun demikian, buku lama juga dapat diresensi jika
dianggap buku itu belum dikenal publik serta dianggap penting.
Apa saja yang perlu dilaporkan dalam meresensi sebuah buku? Berikut ini adalah unsur-unsur resensi buku.
1. Identitas buku.
2. Isi yang penting atau pokok-pokok isi buku.
3. Bahasa pengarang.
4. Keunggulan.
5. Kelemahan.
6. Kesimpulan dan saran.
10. Menulis Surat Dinas
Surat merupakan sarana bagi kita untuk menginformasikan hal-hal penting
kepada orang lain. Surat merupakan sarana kmunikasi tertulis untuk
menyampaikan informasi dari seseorang kepada pihak lain. Apabila surat
itu berisi informasi yang menyangkut kepentingan sekolah, tugas, dan
kegiatan kedinasan, maka surat itu disebut surat dinas.
Surat dinas sering juga disebut surat resmi. Surat dinas isinya
berkaitan dengan kegiatan dinas atau kepentingan tugas kedinasan. Format
sebagai berikut.
1. Kepala surat berisi nama instansi atau badan, alamat lengkap.
2. Tanggal surat.
3. Nomor surat.
4. Lampiran.
5. Hal surat.
6. Alamat yang dituju.
7. Salam pembuka.
8. Isi surat berisi paragraf pembuka, paragraf isi, dan paragraf penutup.
9. Salam penutup.
10. Tanda tangan, nama jelas (kalau ada cantumkan jabatan).
Penulisan surat dinas harus memerhatikan pemakaian bahasa meliputi
pemilihan kata, pemakaian ejaan, penyusunan kalimat, dan penyusunan
paragraf (Arifin, 1996: 56). Pemilihan kata harus baku, lazim, dan
cermat.
Menggunakan kata yang resmi, sudah dikenal masyarakat, dan tepat sesuai
dengan pesan yang akan disampaikan. Penulis surat harus memerhatikan
kaidah-kaidah ejaan (pemakaian huruf, penulisan huruf kapital dan huruf
miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan tanda baca).
Penyusunan kalimatnya harus efektif yaitu kalimat yang sesuai dengan
kaidah bahasa, singkat, dan enak dibaca (sopan dan simpatik, tidak
bernada meremehkan pembaca). Begitu pula penyusunan paragrafnya, gagasan
penulis harus ditata dan diatur dengan baik sehingga pesan yang
disampaikan mudah dipahami penerima surat.
11. Menulis Surat Lamaran Pekerjaan
Pada pelajaran sebelumnya kamu telah berlatih menulis surat dinas.
Sebentar lagi kamu akan tamat SMA. Setelah lulus, mungkin di antara kamu
ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi, ada pula yang langsung ingin
bekerja. Apabila ingin bekerja, seseorang harus melamar pekerjaan dahulu
ke perusahaan, instansi pemerintah, atau ke lembaga-lembaga
pendidikan.
Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah membuat surat lamaran
pekerjaan. Surat lamaran pekerjaan ialah permhnan untuk memperleh suatu
pekerjaan atau jabatan. Banyak yang tidak mendapatkan pekerjaan, bukan
karena tidak memiliki kemampuan, tetapi karena tidak mampu menulis surat
lamaran kerja dengan baik. Biasanya terdapat tiga hal yang diperhatikan
dalam menulis surat lamaran pekerjaan yakni identitas pelamar,
kualifikasi pelamar, dan data lengkap pelamar.
Unsur-unsur surat lamaran pekerjaan sebagai berikut.
1. Tanggal surat
2. Lampiran
3. Perihal surat, alamat surat
4. Salam pembuka
5. Isi surat
6. Salam penutup
Surat lamaran pekerjaan termasuk jenis surat dinas karena disampaikan
seseorang ke pihak lain yang berkaitan dengan perusahaan atau
lembaga-lembaga pemerintahan. Untuk itu, kamu harus mampu membuat surat
lamaran pekerjaan.
12. Menanggapi Pembacaan Puisi Lama
Pernahkah kamu membaca puisi lama Indonesia? Puisi lama Indonesia
memiliki beberapa bentuk atau jenis, di antaranya: pantun, gurindam,
syair, dan petatah-petitih. Semuanya memiliki ciri-ciri yang khas dan
menarik untuk dipelajari.
Pantun adalah hasil sastra Melayu asli. Puisi ini terdiri atas empat
baris, dua baris pertama berisi sampiran dan dua baris kedua berupa isi.
Isi pantun bermacam-macam, ada pantun anak-anak, pantun orang dewasa,
dan pantun orang tua.
Gurindam adalah perkataan yang bersajak pada akhir pasangannya. Gurindam
terdiri atas dua baris, bersajak sama, kedua barisnya merupakan isi.
Baris pertama merupakan sebab dan baris kedua merupakan akibat tetap
sempurna perkataannya dengan satu pasangannya saja.
Syair merupakan karya sastra Melayu yang terdiri atas empat baris.
Keempat barisnya merupakan isi. Petatah-petitih merupakan karya sastra
Melayu yang berasal dari Minangkabau. Isinya banyak berisi nasihat,
khususnya mengenai sopan santun dan adat istiadat. (Depdikbud, 1986:
9-10).
13. Mengmentari Pembacaan Puisi Baru
Setelah membacakan dan menanggapi puisi baru, kamu diharapkan mampu
mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, danoperasaan penyair.
Sebuah puisi akan menjadi lebih menarik jika dibacakan. Pernahkah kamu
melihat pembacaan puisioleh sastrawan seperti Rendra, Taufik Ismail
maupun Sutardji? Masing-masing sastrawan memiliki ciri khas ketika
membacakan karya-karyanya? Mereka menggunakan lafal, intonasi, ekspresi,
serta penuh penghayatan ketika membacakan sajak-sajaknya. Kamu pun
dapat membacakan puisi dengan baik jika banyak berlatih. Bacalah puisi
dengan cermat dan berulang-ulang untuk memahami isinya. Setelah itu
bacalah secara nyaring. Kamu dapat berlatih di depan cermin untuk
melatih ekspresi dan mimik wajahmu supaya lebih percaya diri pada saat
membaca puisi.
14. Membacakan Puisi Karya Sendiri
Pada pelajaran sebelumnya, kamu telah berlatih membacakan puisi lama
Indonesia dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang baik. Sekarang, kamu
akan berlatih membacakan puisi karya sendiri.
Pernahkah kamu menulis puisi? Mengasyikkan bukan? Menulis puisi
merupakan kegiatan yang menyenangkan. Seseorang dapat mencurahkan
pikiran danoperasaannya dengan imajinasi dan penggunaan bahasa yang
bebas. Penulis dapat dengan leluasa menggunakan pilihan kata dan gaya
bahasa yang sesuai dengan pencurahan emsi dan jiwanya.oleh karena itu,
bukalah kembali puisi yang pernah kamu buat!
Membacakan puisi hasil karya sendiri akan lebih mudah, baik lafal,
intonasi, penghayatan, dan ekspresinya karena semua isi, nada, suasana,
dan gaya yang terdapat dalam puisi yang dibacakan merupakan curahan
emsi dan jiwa sendiri. Hal ini akan berbeda dengan membacakan puisi
orang lain. Kita harus memahami, menghayati isi, nada, suasana, dan gaya
orang lain.oleh karena itu, cba bacakan puisi yang kamu buat sendiri.
Sebagai bahan latihan, mintalah teman-temanmu untuk membacakan
puisi-puisi berikut! Perhatikanlah pembacaan puisi tersebut dari segi
lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresinya!
15. Mengidentifikasi Tema dan Ciri-ciri Puisi Kontemporer
Buku kumpulan puisi siapakah yang pernah kamu baca? Banyak buku
kumpulan puisi yang terbit baik puisi lama, puisi baru, maupun puisi
Kontemporer. Perkembangan puisi di Indonesia didasarkan terbagi atas
puisi lama, puisi baru, puisi angkatan 45, dan puisi Kontemporer.
Sebagaimana telah dibahas pada semester 1, puisi lama Indonesia
berbentuk pantun, syair, petatah petitih, dan gurindam. Puisi baru
berbentuk distikon (2 baris), tersina (3 baris), kuatren (4 baris), kuin
(5 baris), sektet (6 baris), septina (7baris), oktaf (8 baris), soneta
(14 baris). Puisi Angkatan 45 merupakan puisi yang mementingkan makna
atau bentuk batin puisi. Unsur fisiknya tidak diutamakan.
Puisi Kontemporer lebih mengutamakan unsur fisiknya karena lebih
mementingkan tipografi dengan gambar atau bentuk grafisnya (Waluy, 1995:
5-22). Sutardji Calzum Bachri dianggap sebagai pembaharu dunia puisi
Indonesia dan termasuk pelopor puisi Kontemporer. Sutardji mementingkan
bentuk fisik (bunyi). Ulangan kata, frasa,dan bunyi menjadi kekuatan
puisinya.
16. Menyampaikan Intisari Buku Nonfiksi
Dalam kehidupan kita sehari-hari membaca buku menjadi suatu kebutuhan.
Buku yang dibaca dapat berbentuk prosa fiksi atau buku-buku Nonfiksi.
Novel, cerpen, dan drama merupakan karya sastra yang berbentuk fiksi,
sedangkan buku-buku ilmiah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
tergolong karya Nonfiksi.
Buku-buku pelajaran adalah karya Nonfiksi karena isinya bukan hasil
imajinasi, melainkan berdasarkan fakta dan kenyataan. Begitu pula
buku-buku tentang ilmu pengetahuan, teknlgi, eknmi, hukum, kesehatan,
plitik, psiklgi, agama, matematika, sejarah, prpaganda, bigrafi, dan
autbigrafi adalah buku-buku Nonfiksi.
Untuk memenuhi kewajiban sebagai pelajar, tentu kamu banyak dihadapkan
pada buku yang harus dibaca. Apakah setiap kali membaca buku pelajaran,
kamu selalu membuat intisari, rangkuman, atau catatan-catatan penting
tentang buku yang kamu baca? Biasakanlah setiap kali sehabis membaca,
menuliskan hal-hal penting wacana yang kita baca.
Pada umumnya, buku terdiri atas beberapa bagian, yaitu bagian permulaan,
bagian pokok atau isi buku, dan bagian penutup atau pelengkap. Untuk
itu, langkah membuat intisari dapat dimulai dari melihat struktur buku.
Selanjutnya perhatikan langkah-langkah berikut!
1. Perhatikan bagian permulaan buku! Lihat dan baca dengan cepat kulit
luar, halaman judul, tahun penerbitan, halaman pengantar, dan daftar
isi! Melalui daftar isi, kamu dapat memperleh gambaran topik-topik
penting yang diuraikan dalam buku tersebut.
2. Temukan informasi umum buku, isi bab atau seksi, dan penjelasan tertentu tentang suatu istilah!
3. Catat informasi-informasi penting yang ada pada setiap bagian, bab, dan subbab!
Perhatikan informasi penting (informasi fokus) yang telah kamu catat,
susun dan tuliskan dengan menggunakan kata-kata sendiri! Catatan yang
telah kamu susun, itulah yang disebut intisari buku Nonfiksi yang telah
kamu baca.
17. Menjelaskan Unsur-unsur Intrinsik Cerpen
Cerpen adalah salah satu bentuk sastra yang disajikan secara singkat dan
memuat sekelumit kehidupan seseorang yang dituangkan dalam sebuah
cerita. Cerpen mempunyai tema, alur, penokohan, latar, dan pesan.
Unsur-unsur ini termasuk unsur intrinsik cerita pendek.
Tema adalah ide suatu pikiran pencipta dalam mengungkapkan persoalan
hidup dan kehidupan. Alur adalah urutan atau jalan cerita yang
menciptakan konflik-konflik cerita. Penokohan adalah orang yang
bertindak dan tampil dalam cerita. Latar adalah letak atau keadaan yang
melatar belakangi peristiwa dalam suatu cerita. Pesan adalah amanat
yang ingin disampaikan dalam cerita yang disusunoleh pengarang atau
penulisnya.
18. Menulis Cerita Pendek Berdasarkan Kehidupan orang Lain
Pernahkah kamu menulis sebuah cerita pendek? Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Depdikbud, 1997:186-187), cerita pendek adalah karya sastra
yang berupa kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan
kesan tunggal yang dminan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam
satu situasi (pada suatu ketika).
Berdasarkan pengertian di atas, cerita pendek mengisahkan kehidupan sang
tokoh yang berada dalam satu peristiwa atau satu kejadian. Tokoh yang
dikisahkan dapat berupa tokoh imajinatif atau tokoh nyata yang dekat
dengan kehidupan pengarangnya.
Perhatikan langkah-langkah menulis cerita pendek berikut ini!
1. Tentukanlah tokoh cerita yang akan dikisahkan!
Penentuan tokoh yang akan dipilih tentu tidak sulit karena selama
hidupmu biasanya ada teman-teman teordekat yang biasa menjadi tempat
mengadu, berdialog, tukar pikiran, minta saran, atau mendengarkan keluh
kesah hidup dan cintanya.
Untuk itu, sebagai bahan penulisan cerita pendek ini, kamu tinggal pilih
kisah siapakah yang akan diceritakan. Atau, mungkin kamu pernah
mendengar kisah tragis kehidupan seorang tokoh terkenal. Atau mungkin
pula tokohoperaih prestasi lah raga dunia. Yang terpenting, tokoh yang
akan kamu ceritakan, peristiwa yang terjadi, tempat dan waktu kejadian,
dan orang-orang yang terlibat di dalamnya betul-betul kamu ketahui.
Berdasarkan fungsinya, tokoh cerita dapat dibedakan atas tokoh sentral
dan tokoh bawahan (Sudjiman, 1992: 17). Tokoh yang memegangoperan
pimpinan disebut tokoh utama atau prtagnis. Tokoh ini menjadi tokoh
sentral dalam cerita. Kriteria tokoh utama bukan frekuensi
kemunculannya, melainkan berdasarkan intensitas keterlibatannya dalam
peristiwa yang membangun cerita.
Selain tokoh prtagnis, ada tokoh sentral yang termasuk tokoh utama yang
disebut tokoh antagnis yaitu tokoh yang merupakan penentang atau lawan.
Tokoh prtagnis mempunyai karakter baik dan terpuji, sedangkan tokoh
antagnis mempunyai karakter yang jahat atau salah.
Yang dimaksud dengan tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral
karena kehadirannya hanya untuk menunjang atau mendukung tokoh utama.
Untuk kepentingan penulisan cerita pendek yang kamu susun, tentukanlah
tokoh-tokoh cerita tersebut termasuk karakter penokohannya.
2. Urutkan alur cerita berdasarkan urutan peristiwa sesuai dengan waktu dan tempat kejadian!
Tuliskan peristiwa yang akan dikisahkan. Urutkan peristiwa yang akan
dikisahkan berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Setelah
tergambar peristiwa yang akan dikisahkan, kamu dapat mengembangkan alur
ceritanya dari awal hingga akhir kejadian (alur maju). Atau sebaliknya,
kamu dapat mengawali cerita dari kejadian terakhir baru kamu uraikan
kejadian-kejaian sebelumnya (alur mundur/flashback). Atau, kamu dapat
menguraikan kejadiannya dengan cara gabungan dari setiap peristiwa
karena peristiwa yang satu berkaitan erat dengan kejadian yang lainnya
(alur gabung).
Setelah itu kamu tinggal menentukan, alur cerita mana yang akan kamu
tentukan agar cerita ini lebih menarik. Faktor latar cerita
memegangoperanan penting, tentu peristiwa yang dikisahkan sangat
berkaitan dengan waktu dan tempat. Untuk itu, identifikasi setiap
peristiwa yang dikisahkan dengan waktu dan tempat kejadiannya.
3. Kembangkanlah ide-ide cerita yang sudah kamu identifikasi tadi ke
dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan teknik penceritaan yang menarik!
Menurut Sudjiman (1992: 91-101), terdapat beberapa teknik penceritaan
yaitu teknik pemandangan (panoramic/pictrial technique), teknik adegan
(scenic technique), teknik montase, teknik kolase, dan teknik asosiasi.
Teknik pemandangan umumnya lebih jelas dan terinci memberitahukan waktu
dan tempat cerita, serta membangun konteks tindakan dan kejadian yang
dikisahkan.
contoh teknik pemandangan
Mereka berhenti di depan meja-meja penuh makanan. Ekspresi Chelsea
berubah serius. Tatapannya melembut, srt matanya hangat dan penuh
simpati. Itulah yang disukai Jake pada diri Chelsea. Cewek itu baik
hati. Ia bukannya cuma ingin menunjukkan padamu seberapa hebatnya dia
dibandingkan dirimu.
Teknik adegan umumnya menyajikan cerita dengan menyajikan adegan atau
peristiwa dengan latar fisik yang jelas. Pembaca akan merasakan bahwa
dia terlibat dalam cerita dan peristiwa yang dikisahkan.
contoh teknik adegan
Aku tahu_ Rita balas berbisik. tapi kita kan sudah di sini, jadi
sekalian saja kita Lihat-lihat. Diguncangkannya senternya, berharap
sinarnya bisa lebih teorang. Rambut Rita yang hitam jatuh di matanya. Ia
menyibakkannya dan bergerak lebih dekat kepada Rn.
Teknik montase yakni teknik penceritaan dengan cara memtng-mtng cerita
sehingga akan menghasilkan cerita yang terputus-putus. Pembaca,
kadang-kadang merasa pusing atas kekacauan cerita yang tidak logis dan
sistematis yang memang disengajaoleh penceritanya.
Contoh Teknik Montase
Emry tak pemah bicara dengan suara pelan ia cuma bisa bicara dengan
suara keras, selah-lah berada di panggung opera. Dengan rambut hitam
berantakannya yang tak pernah tersentuholeh sisir, dan suaranya yang
dalam dan menggelegar, ke mana pun emry pergi, ia selalu menarik
perhatian. Berpikirnya cepat. Bicaranya cepat. Ia tak pemah berjalan,
ia selalu berlari. Ia selalu tampak terburu-buru, ia selalu melakukan
enam hal sekaligus, memberi instruksi pada selusin orang, bicara cepat
dan pada saat yang sama membuat catatan kecil_ kayaknya sih nggak ada,_
eorang jake. Diangkatnya setengah potong sandwich ayam dan dijatuhkannya
ke piring kertasnya. Ia berpikir keras. _ Yah...Aku bisa nntn gratis.
Itu lumayan asyik,_ ia mengakui._ Tapi hampir semua anak di sekolah kita
juga, bisa nntn gratis,”
jake menambahkan. 笛adi kurasa itu nggak ada artinya.”
Teknik kolase adalah teknik penyajian cerita yang sarat dengan kutipan
dari karya sastra yang lain. Kadang-kadang cerita terpotong-potong dan
tidak berhubungan karena adanya penempelan kutipan karya lain. Teknik
asosiasi adalah teknik penceritaan dengan cara mengasosiasikan dengan
hal lain yang bertautan atau berhubungan. Asosiasi dapat terbentuk dalam
diri tokoh, pembaca, atau pencerita.
contoh teknik kolase
Jake tahu ada yang tidak beres begitu ia dan ayahnya memasuki kelas.
Tubuh emry langsung kaku. Ia menurunkan dipbardnya. Matanya menyapu
ruangan yang teorang bendeorang itu. Suara desisan yang mendirikan bulu
kuduk muncul dari bagian depan kelas. Sheila?_ Seru Emry seraya
menghentikan langkah di depan pintu. di mana para kru?_ Jake berjalan
pelan ke sisi Emry dan memandang isi ruangan. Ia tidak melihat Sheila.
Ia tidak melihat satu pun kru di sana.
Teknik asosiasi adalah teknik penceritaan dengan cara mengasosiasikan
dengan hal lain yang bertautan/berhubungan. Asosiasi dapat terbentuk
dalam diri tokoh, pembaca, atau pencerita.
contoh teknik asosiasi
Apa tidak mungkin ia berubah menjadi ular besar pada suatu waktu? Dan
jika terjadi demikian, pastilah pahlawan itu menggantung diri. Sebab ia
malu. Apa tidak mungkinoperawan itu telah menggantung diri? Telah habis
plisi mencari keteorangan. Tapi jawab tetangga selalu tidak tahu.
Berdasarakan teknik penceritaan yang telah diuraikan di atas, kamu dapat
memilih teknik mana yang akan dipilih untuk mengembangkan ide cerita
pendek yang akan ditulis. Kamu dapat menggunakan ragam bahasa yang
menarik sesuai dengan tema cerita yang disampaikan.
19. Unsur-unsur Intrinsik Teks Drama
Apakah kamu menyukai sinetron? Sinetron merupakan pertunjukan sandiwara
(drama) yang dibuat khusus untuk penayangan di media elektrnik, seperti
televisi. Jadi sinetron yang kamu tntn di televisi drama. Drama
merupakan karya sastra prosa yang diharapkan dapat menggambarkan
kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang
dipentaskan.
Unsur-unsur penting yang membangun struktur sebuah drama, antara lain:
1. Tema dan amanat.
2. Penokohan (karakteristik, perwatakan)
3. Alur (plot).
4. Setting (latar) meliputi aspek ruang dan aspek waktu.
5. Tikaian atau konflik.
Cakapan (dialog, monolog).
20. Membaca Teks Pidato
Banyak orang berpendapat bahwa berpidato dengan baik hanya dapat
dilakukanoleh orang yang mempunyai bakat berpidato. Pendapat itu tidak
benar karena berpidato termasuk jenis keterampilan yang dapat
dilakukanoleh setiap orang yang mempunyai minat ditambah dengan
keinginan untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain, belajar dan
berlatih itulah yang menentukan, bukan bakat. Sebab, bakat itu
pengaruhnya kecil sekali.
Ada pakar yang mengatakan bahwa pengaruh bakat itu hanya 10%, sedangkan
sisanya 90% murni hasil belajar dan berlatih. Berpidato dapat dilakukan
dengan empat macam cara, yaitu membaca teks atau naskah, menghafal,
spontanitas, dan menjabarkan kerangka topik.
Naskah pidato merupakan sebuah informasi yang telah disusun dengan
sistematik untuk disampaikan kepada khalayak. Pembacaannya harus
memerhatikan hal-hal berikut.
1. Volume suara harus keras dan jelas.
2. Gunakan intonasi dengan baik dan benar.
Selasa, 22 Oktober 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar